MAKALAH SPI (SEJARAH
PENDIDIKAN ISLAM)
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
ISLAM PADA MASA BANI UMAYAYYAH
DOSEN PENGAMPU: DRS. H. AFFANDI,
Mpd.I
Disusun Oleh:
1. Wahyudi
2. Mar’atul Haniah
3. Novita Zakiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Pancawahana
STAIPANA BANGIL
Jln. Untung Suropati Bangil-Pasuruan Tlp./Fax. (0343) 741370
KATA
PENGANTAR
Segala puji
hanya diserahkan kepada AllahSWT. Yang telah mensyariatkan hukum islam kepada
umat manusia. Shalawat dan salam, semoga Allah melimpahkan kepada Nabi Muhammad
Saw. Sebagai pembawa syariat islam untuk diimani, dipelajari, dan dihayati
serta diamalkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam
hubungan dengan penndidikan dewasa ini,
tilaar menyatakan bahwa pendidikan nasional sekarang ini dihadapkan
dengan empat krisis pokok, yaitu berkaitan dengan kuantitas, relevansi atau
efisiensi eksternal, elitisme, dan
menajemen.
Maka dari itu, dalam
makalah ini akan di bahas masalah pendidikan islam pada masa bani umayyah yang
sangat maju sistem pendidikannya pada masa itu.
Selesainya
makalah ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, baik yang berupa
fisik-material, maupun yang berupa mental-spiritual.
Tidak
lupa, ucapan terimakasih disampaikan kepada dosen pembimbing mata
kuliah sejarah pendidikan islam yaitu bapak: Drs. H. Affandi, M.Pd.I yang telah membimbing kami.
Karenanya ,
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan semoga amal
baik dan sumbangsih mereka diterima oleh Allah sebagai amal shaleh. Amin.
Bangil, 20 maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR………………………………………………………….I
DAFTAR ISI………………………………………………...………………….II
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………....…...……….….1
A. Latar Belakang………………………………………....…………..............……1
B. Rumusan Masalah………………………………….……….….............……….2
C. Tujuan……………………………………………...……..….……..............……3
BAB II PEMBAHASAN………………………………………….......………....4
A.
Sistem
Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayyah..........................................4
B.
Pemikiran
Pendidikan Islam Pada Zaman Bani Umayyah.................................5
C.
Ilmu – Ilmu
Yang Berkembang Dan Para Tokohnya...........................................6
D.
D.
Sarana Dan Prasana Pendidikan .................................................................7
1.
Khuttab
sebagai lembaga pendidikan dasar.......................................7
2. Halaqah ................................................................................................8
3.
Majlis.....................................................................................................8
4.
Masjid....................................................................................................9
5.
Khan.....................................................................................................10
6.
Badia’ah...............................................................................................10
7. Rencana pembelajaran tingkat
menengah.........................................11
8. Rencana pembelajaran pada pendidikan tinggi.................................11
BAB III PENUTUP…………………………………………....………..………..13
KESIMPULAN…………………………………...…………....….….....……….13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….......………..…14
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan
Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayyah
A.
Latar
belakang
Bani umayyah adalah penerus khalifah
ali bin abi thalib. Pada masa ini
pendidikan mulai berkembang secara pesat meneruskan pendidikan pada zaman rasulullah dan juga khulafaur rasyidin.
Ini disebabkan karena wilayah negara islam yang semakin luas.
Masa bani umayyah di awali dari
pemerintahan muawiyah bin abi sufyan. Dalam mengendalikan
pemerintahannya,muawiyah hampir memusatkan seluruh perhatianya kepada masalah
politik dan keamanan. Percaturan politik dan gerakan – gerakan militer yang
terjadi pada masa ini, baik dalam usaha perluasan wilayah islam maupun dalam
menghadapi pemberontakan-pemberontakan, menimbulkan pertumbuhan dan
perkembangan dalam bidang alam pikiran serta ilmu pengetahuan. Sehingga
muncullah para ulama’ yang mengembangkan ilmu-ilmu di segala bidang baik ilmu
umum maupun ilmu agama. Pada makalah ini akan kami jabarakan perkembangan pendidikan islam pada masa bani umayyah dan
seluk beluknnya.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana perkembangn pendidikan islam pada masa bani umayyah?
2. Bagaimana pemikiran pendidikan islam pada masa bani umayyah?
3. Ilmu pengetahuan apa saja yang berkembang dan siapa saja tokoh – tokohnya?
4. Apa sarana dan prasarana nya ?
1. Bagaimana perkembangn pendidikan islam pada masa bani umayyah?
2. Bagaimana pemikiran pendidikan islam pada masa bani umayyah?
3. Ilmu pengetahuan apa saja yang berkembang dan siapa saja tokoh – tokohnya?
4. Apa sarana dan prasarana nya ?
C. Tujuan
1.
Mengetahui perkembangn pendidikan islam
pada masa bani umayyah.
2.
Mengetahui pemikiran pendidikan islam pada masa bani umayyah.
3.
Mengetahui ilmu pengetahuan apa saja yang berkembang dan
tokoh-tokokhnya.
4.
Mengetahui apa sarana dan prasarana nya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayyah.
Pada periode daulah bani umayyah
terdapat dua jenis pendidikan yang berbeda sistem dan kurikulumnya, yaitu
pendidikan khusus dan pendidikan umum. Pendidikan khusus adalah pendidikan yang
diselenggarakan dan diperuntukkan bagi anak – anak khalifah dan anak – anak
para pembesarnya. Kurikulumnya diarahkan untuk memperoleh kecakapan memegang
kendali pemerintahan, atau hal- hal yang ada sangkut pautnya dengan keperluan
dan kebutuhan pemerintahan.
Adapun rencana pembelajaran bagi
sekolah ini adalah menulis dan membaca al – quran dan hadist, bahasa arab dan
syair – syair yang baik, sejarah bangsa arab dan peperangannya, adab kesopaan
dalam perilaku pergaulan, pelajaran – pelajaran keterampilan menggunakan
senjata, menunggang kuda dan kepemimpinan berperang. Tempat pendidikan berada
dalam lingkungan istana. Guru – gurunya ditunjuk oleh khalifah dengan mendapat
jaminan hidup yang lebih baik.
Sedangkan pendidikan umum adalah
pendidikan yang diperuntukan bagi rakyat biasa. Pendidikan ini merupakan
lanjutan dari pendidikan yang telah dilaksanakan sejak zaman nabi masih hidup,
beliau merupakan sarana pendidikan yang sangat penting bagi kehidupan islam.
Pada masa khulafaur rasyidin dan bani
umayyah sebenarnya telah ada tingkat pengajaran dalam pendidikan, hampir
seperti masa sekarang. Tingkat pertama ialah khuttab, tempat anak – anak
belajar menulis dan membaca atau menghafal al-quran serta belajar pokok – pokok
agama islam. Setelah tamat al- quran mereka meneruskan pelajaran ke masjid.
Pelajaran di masjid itu terdiri dari tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada
tingkat menengah gurunya belumlah ulama besar, sedangkan pada tingkat tinggi
gurunya sudah ulama yang mashur ilmu nya, kealimannya serta kesholehannya.
Umumnya pelajaran diberikan guru
kepada muridnya satu – persatu, baik di khuttab atau di masjid pada tingkat
menengah. Pada tingkat tinggi pelajaran diberikan oleh guru dalam satu khalaqah
dan dihadiri oleh seluruh pelajar. Yang bertanggung jawab terhadap kelancaran
jalannya pendidikan ini adalah para ulama, merekalah yang memikul tugas
mengajar dan memberikan bimbingan serta pimpinan kepada rakyat. Mereka bekerja
atas dasar kesadaran dan keinsyafan moral serta tanggung jawab agama, bukan
atas dasar pengangkatan dan penunjukkan pemerintah. Karena itu mereka tidak
memperoleh jaminan hidup( gaji ) dari pemerintah.
Tujuan dari kedua pendidikan
tersebut akan diperoleh kesimpulan bahwa, yang pertama bertujuan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan dan hakikat kebenaran yang ditunjang oleh keyakinan
agama. Adanya perbedaan tujuan pendidikan menunjukkan adanya perbedaan
pandangan hidup. Yang pertama menghasilkan pimpinan formal yang didukung oleh
jabatan kenegaraan dengan wibawa kekuasaan. Sedang yang kedua menghasilkan
pimpinan informal yang didukung oleh charisma dan ilmu pengetahuan.
B. Pemikiran Pendidikan Islam Pada Zaman Bani Umayyah.
Hal yang baru pada zaman ini adalah
kestabilan politik yang dinikmati oleh negeri – negeri islam. Akibatnya orang –
orang islam dapat mengarahkan perhatian nya kepada kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan peradaban – peradaban yang dijumpainya di negeri – negeri yang
ditaklukan. Dalam waktu yang sama mereka memberi perhatian besar pada ilmu
bahasa, sastra, dan agama untuk memeliharanya dari fikiran – fikiran luar.
Dalam hal memilih antara fikiran – fikiran luar dari negeri yang ditaklukan dan
fikiran islam tulen, orang islam lebih
mengutamakan fikiran dan ilmu yang asli dan budaya yang asli. Oleh sebab itu
orang – orang umayyah terkenal fanatik kepada arab dan islam, sekalipun mereka
orang politik dan pemerintahan, bukan ahli – ahli ilmu dan agama. Tetapi
fanatik arab dan islam disini merupakan tingkah laku politik bukan tingkah laku
agama.
Jadi zaman umayyah, dari segi
pemikiran pendidikan, adalah kelanjutan pemikiran pendidikan pada zaman
rasulullah saw dan zaman khulafaur rasyidin.
Pemikiran pendidikan yang berasal dari luar sangat terbatas.
Pemikiran – pemikiran pendidikan pada zaman umayyah
ini nampak dalam bentuk nasihat para
khalifah kepada para pendidik anak – anaknya, yang termuat dan hampir memenuhi
b uku – buku sastra, yang menunjukkan bagaimana teguhnya mereka berpegang pada
tradisi arab dan islam.
Pemikiran pendidikan islam pada
zaman umayyah ini juga tersebar pada tulisan – tulisan para ahli nahwu, sastra,
hadits dan tafsir. Pada zaman ini para ulama mulai mencatat ilmu –ilmu bahasa,
sastra dan agama untuk menjaganya supaya tidak diselundupi fikiran – fikiran
lain dan perubahan – perubahan yang merusak, yang tanda – tandanya sudah banyak
terlihat pada waktu itu.
Diantara para penulis dan ulama
dizaman ini, yang kita dapati pada tulisan dalam pemikiran pendidikan adalah
abdul hamid yahya al – khatiib yang
mulanya adalah guru yang kemudian menaiki jenjang yang lenih tinggi sampai
menjadi menteri, sehingga ia terbunuh di tangan golongan abasiyah.
Jadi al – quran dan sunnah adalah
kerangka idiologi yang mengatur pemikiran pendidikan yang tampak pada nasehat
para kholifah kepada para pendidik anak – anaknya dan pada tulisan para penulis
tanpa diselundupi oleh pemikiran asing. Walaupun ada percobaan untuk
menerjemahkan pemikiran ini, yang sebenarnya sudah mulai pada pertengahan zaman
ini.
C. Ilmu – Ilmu Yang Berkembang Dan Para Tokohnya.
Ilmu pengetahuan pada zaman bani
umayyah memperoleh kesempatan untuk berkembang. Pada umumnya zaman ini
merupakan masa tunas dari ilmu, baik
ilmu agama maupun ilmu – ilmu lainnya yang ada dalam zaman itu. Sebagaimana
telah dimaklumi perkembangan ilmu agama dengan segala alat ilmu pembantunya
didukung oleh faktor – faktor perluasan wilayah islam kedaerah yang beraneka
ragam kultural antrophologinya, berbeda – beda sosial budaya dan kepercayaan
serta pandangan hidupnya.
Rasa haus kaum muslimin terhadap
ilmu pengetahuan jelas nampak dalam usahanya mengembangkan ilmu agama dan
bahasa, disamping itu perhatian mereka terhadap perpustakaan telah mulai
muncul. Mereka juga dihadapkan pada ilmu – ilmu lama yang telah dimiliki bangsa
– bangsa yang sudah berkebudayaan dan berperadaban tinggi, hal ini
membangkitkan kegiatan usaha menerjemahkan buku – buku ilmu pengetahuan yunani,
qibti, persia dan india kedalam bahasa arab. Prof dr a syalabi mengemukakan
bahwa : “ para penerjemah telah mendapat kedudukan dalam bidang penerjemahan semenjak
didirikan perpustakaan yang pertama kali didunia islam”. Menurut kurd ali orang
yang pertama kali mendirikan perpustakaan ialah khalid ibn yazid. Beliau
mencurahkan perhatiannya terhadap buku – buku dalam ilmu kimia, kedokteran dan
ilmu bintang. Beliau diberi gelar “ seorang ahli filsafat dari keluarga marwan
“.
Pada masa bani umayyah perkembangan
ilmu tafsir dan hadist juga sangat maju. Ulama –ulama yang terkenal pada masa
itu adalah :
1. Ulama – ulama tafsir.di antaranya
:
A) abdullah bin abbas
B) abdullah bin mas’ud
C) ubaiyah bin ka’ab
2. Ulama – ulama hadist
A) abdullah bin umar ( 2210 hadist
)
B) abdullah bin abbas ( 1500 hadist
)
C) jabir bin abdullah ( 1500 hadist
)
D) anas bin malik ( 2210 hadist )
3. Ulama – ulama fiqih
A) zaid bin tsabit
B) ubay bin kaab
C) muadz bin jabal
D) abdullah bin masud
E) abu musa bin al-asyari
Untuk menafsirkan al-qur’an dan
mempelajari hadits diperlukan penguasaan ilmu bahsa (philology) dan ilmu
tentang arti kata dan asal kata (leksikografi). Dalam concise encyclopedia of
arabic civilization terdapat keterangan bahwa, yang pertama menyusun tata
bahasa (gramatika) arab adalah abul aswad ad duali, dengan maksud untuk
memelihara kemurnian lafal bacaan al – quran dan pemahaman ayat – ayatnya. Ia
mengajar gramatika bahasa arab di basrah, hingga ia dianggap sebagai pendiri
madzhab gramatika basrah. Selain itu ia juga telah memperkenalkan tanda – tanda
bunyi tulisan arab yang sebelumnya tidak dikenal orang pada waktu itu. Dengan
tersusunnya gramatika ini, maka bahasa arab makin cepat tersiar hingga
memberikan kesempatan untuk menjadi bahasa lingua franca dalam wilayah daulah
islam.
Pada masa daulah umayyah mazhab
belum terbentuk, akan tetapi ulama mujtahid telah banyak seperti al – auza’iy
dan lain – lain. Pada akhir masa umayyah lahirlah dua orang imam mujtahid di
antara imam yang berempat yaitu:
1. Imam abu hanifah di irak, ( lahir 80 h/699 m )
2. Imam malik bin anas di madinah, ( lahir 86 h/714 m
)
D.
Sarana Dan Prasana Pendidikan
1. Khuttab sebagai lembaga pendidikan dasar.
Khuttab atau maktab, berasal dari
kata dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis. Jadi khuttab adalah
tempat belajar menulis. Sebelum datangnya islam khuttab telah ada di negeri
arab, walaupun belum banyak dikenal.
Sebenarnya khuttab ini telah ada
sejak zaman jahiliyah, yaitu tempat belajar membaca dan menulis bagi anak
–anak, hanya saja kurang mendapat perhatian. Hingga pada saat islam lahir,
orang quraisy yang telah pandai membaca dan menulispun baru 17 orang saja. Dari
khuttab ini anak – anak diberi pelajaran secara perorangan.
Muawiyah yang pernah menjadi anggota
dewan penulis wahyu pada zaman nabi di madinah, sangat besar perhatiannya
terhadap pendidikan anak – anak. Mereka diberi pelajaran membaca dan menulis,
berhitung, olahraga dan sedikit al- quran serta pokok – pokok dasar aqidah dan
kewajiban agama. Pada masa khalifah
abdul malik bin marwan dan alwalid ibn abdil malik, peranan khuttab sangat
penting. Saat ini administrasi pemerintahan telah mulai diterjemahkan dalam
bahasa arab.
Sebagai lembaga pendidikan dasar,
khuttab telah disebar di seluruh wilayah islam, tumbuh dan berkembang tanpa
campur tangan dari pemerintah. Meurut prof dr a syalabi : “ khuttab dari jenis
ini sebagai suatu rumah perguruan untuk umum, adalah hasil perkembangan dari
pendidikan putra raja – raja dan para pembesar di istana mereka.”.
Rencana pembelajaran di khuttab (pendidikan dasar).
A) membaca alquran dan menghafalnya.
B) pokok – pokok agama islam,
seperti cara berwudhu, shalat, puasa dsb.
C) tulis menulis
D) kisah atau riwayat orang – orang
besar islam.
E) membaca dan menghafal syair –
syair atau nasar ( prosa )
F) berhitung
G) pokok – pokok nahwu dan shorof
ala kadarnya.
2. Halaqah
Halaqah artinya lingkaran. Artinya,
proses belajar mengajar di sini dilaksanakan di mana murid-murid melingkari
gurunya. Seorang guru biasanya duduk dilantai menerangkan, membacakan
karangannya, atau memberikan komentar atas karya pemikiran orang lain. Kegiatan
halaqah ini bisa terjadi di masjid atau di rumah-rumah. Kegiatan halaqah ini
tidak khusus untuk mengajarkan atau mendiskusikan ilmu agama, tetapi juga ilmu
pengetahuan umum, termasuk filsafat.
3. Majlis
Majlis yang berarti sesi dimana
aktivitas pengajaran atau diskusi berlangsung. Ada beberapa macam majlis
seperti; majlis al-hadits, majlis ini
diselenggarakan oleh ulama/guru yang ahli dalam bidang hadits. Majlis al-tadris, majlis ini biasanya
menunjuk majlis selain dari pada hadist, seperti majlis fiqih, majlis nahwu,
atau majlis kalam. Majlis al-syu’ara,
majlis ini adalah lembaga untuk belajar syair, dan sering dipakai untuk kontes
para ahli syair. Majlis al-adab,
majlis ini adalah tempat untuk membahas masalah adab yang meliputi puisi,
silsilah, dan laporan bersejarah bagi orang-orang yang terkenal. Majlis al-fatwa dan al-nazar, majlis ini merupakan sarana pertemuan untuk mencari
keputusan suatu masalah dibidang hokum kemudian difatwakan.
4. Masjid
Semenjak berdirinya di zaman nabi
muhammad saw masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah
kehidupa kaum muslimin. Ia menjadi tempat bermusyawarah, tempat mengadili
perkara, tempat menyampaikan penerangan agama dan informasi lainnya dan tempat
menyelenggarakan pendidikan, baik bagi anak – anak maupun orang dewasa. Kemudian
pada masa khalifah bani umayyah berkembang fungsinya sebagai tempat
pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang bersifat keagamaan. Para ulama
banyak mengajarkan ilmunya di masjid.
Peranan masjid sebagai pusat
pendidikan dan pengajaran senantiasa terbuka lebar bagi setiap orang yang
merasa dirinya cakap dan mampu untuk memberikan dan mengajarkan ilmunya kepada
orang yang haus akan ilmu pengeta huan. Setelah pelajaran anak–anak di khuttab
berakhir, mereka melanjutkan pendidikannya ketingkat menengah yang dilakukan di
masjid.
Dalam masjid terdapat dua tingkatan
sekolah : tingkat menengah dan tingkat
perguruan tinggi. Pelajaran yang diberikan dalam tingkat menengah dilakukan
secara perorangan. Sedang pada tingkat perguruan tinggi di lakukan secara
halaqah, murid duduk bersama mengelilingi gurunya yang memberikan pelajaran
kepada mereka. Di tingkat menengah diberikan mata pelajaran alquran dan
tafsirnya , hadits dan fiqih. Sedang pada tingkat perguruan tinggi di berikan
pelajaran tafsir, hadist, fiqih dan syariat islam. Pendidikan dalam masjid ini
memberlakukan prinsip – prinsip pesamaan kesempatan kepada setiap muslim yang
hendak menuntut ilmu pengetahuan tanpa membeda – bedakan status sosial ekonomi
murid.
5. khan
Khan berfungsi sebagai asrama untuk
murid-murid dari luar kota yang hendak belajar hukum islam pada suatu masjid,
seperti khan yang dibangun oleh di’lij ibn ahmad ibn di’lij di suwaiqat ghalib
dekat makam suraij. Disamping fungsi itu, khan juga digunakan sebagai sarana
untuk belajar privat.
6. Badi’ah.
Secara harfiah badiah artinya
dusun badui di padang sahara yang di dalam terdapat padang sahara yang didalam
terdapat bahasa arab yang masih fasih dan murni sesuai dengan kaidah bahasa
arab. Lembaga pendidikan ini muncul seiring dengan kebijakan pemerintahan
bani umayyah untuk melakukan program arabisasi yang digagas oleh khalifah abdul
malik ibn marwan. Akibat dari arabisasi ini maka muncullah ilmu qawaid dan
cabang ilmu lainnya mempelajari bahasa arab. Melaui pendidikan di badiah ini,maka
bahasa arab dapat sampai ke irak, syiria, mesir, lebanon, tunisia, al-jazair,
maroko, di samping saudi arabia, yaman, emirat arab,dan sekitarnya. Dengan
demikian banyak para penguasa yang mengirim anaknya untuk belajar bahasa arab
ke badiah.
Sedangkan madrasah-madrasah yang ada pada masa bani umayyah adalah
sebagai berikut:
A. Madrasah mekkah: guru pertama yang mengajar di makkah, sesudah penduduk
mekkah takluk, ialah mu’az bin jabal. Ialah yang mengajarkan al qur’an dan mana
yang halal dan haram dalam islam.
B. Madrasah madinah: madrasah madinah lebih termasyur dan lebih
dalam ilmunya, karena di sanalah tempat tinggal sahabat-sahabat nabi. Berarti
disana banyak terdapat ulama-ulama terkemuka.
C. Madrasah basrah: ulama sahabat yang termasyur di basrah ialah abu musa
al-asy’ari dan anas bin malik. Abu musa al-asy’ari adalah ahli fiqih dan ahli
hadist, serta ahli al qur’an. Sedangkan abas bin malik termasyhur dalam ilmu
hadis.
D. Madrasah kufah: madrasah ibnu mas’ud di kufah melahirkan enam orang ulama
besar, yaitu: ‘alqamah, al-aswad, masroq, ‘ubaidah, al-haris bin qais dan ‘amr
bin syurahbil.
E. Madrasah damsyik (syam): setelah negeri syam (syria) menjadi sebagian
negara islam dan penduduknya banyak memeluk agama islam. Maka negeri syam
menjadi perhatian para khilafah. Madrasah itu melahirkan imam penduduk syam,
yaitu abdurrahman al-auza’iy yang sederajat ilmunya dengan imam malik dan
abu-hanafiah.
F. Madrasah fistat (mesir): setelah mesir menjadi negara islam ia menjadi
pusat ilmu-ilmu agama. Ulama yang mula-mula madrasah madrasah di mesir ialah
abdullah bin ‘amr bin al-‘as, yaitu di fisfat (mesir lama).
7. Rencana pembelajaran tingkat menengah
Pada umumnya rencana pembelajaran tersebut meliputi
mata pelajaran – mata pelajaran yang bersifat umum, sebagai berikut :
A. Alquran
B. Bahasa arab dan kesusastraan-
nya.
C. Fiqih
D. Tafsir
E. Hadits
F. Nahwu atau shorof atau balaghah.
G. Ilmu – ilmu pasti
H. Mantiq
I. Ilmu falaq
J. Tarikh ( sejarah )
K. Ilmu – ilmu alam.
L. Kedokteran
M. Musik
8. Rencana pembelajaran pada pendidikan tinggi.
Pada umumnya rencana pembelajaran pada perguruan
tinggi islam, dibagi menjadi dua jurusan, yaitu :
a. Jurusan ilmu
– ilmu agama dan bahasa serta sastra arab, yang juga disebut sebagai ilmu –
ilmu naqliyah, yang meliputi :
1). Tafsir al quran
2.) Hadits
3.) Fiqih dan ushul fiqih
4.) Nahwu atau sharaf
5)
balaghah
6.) Bahasa arab dan kesusastraannya.
b. Jurusan ilmu – ilmu umum, yang disebut sebagai ilmu
aqliyah meliputi:
1) mantiq
2) ilmu alam dan kimia
3) musik
4) ilmu pasti
5) ilmu ukur
6) ilmu falak
7) ilmu ilahiyah ( ketuhanan )
8) ilmu hewan dan tumbuhan
9) Ilmu kedokteran
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada
periode Daulah Bani Umayyah terdapat dua jenis pendidikan yang berbeda
sistem dan kurikulumnya, yaitu pendidikan khusus dan pendidikan umum.
Pendidikan khusus , diperuntukkan khusus bagi putra-putra raja dan para
pembesarnya. Pendidikan umum adalah pendidikan yang diperuntukan bagi rakyat
biasa. Pendidikan ini merupakan lanjutan dari pendidikan yang telah
dilaksanakan sejak zaman Nabi masih hidup,
Pemikiran-pemikiran pendidikan pada
zaman Bani Umayyah ini nampak banyak dalam bentuk nasihat para Khalifah kepada para pendidik anak –
anaknya, yang memenuhi buku – buku sastra, yang menunjukkan bagaimana teguhnya
mereka berpegang pada tradisi arab dan Islam.
Pemikiran pendidikan Islam pada
Zaman Umayyah ini tersebar pada tulisan – tulisan para ahli nahwu, sastra,
hadits dan tafsir. Pada zaman ini para ahli itu mulai mencatat ilmu –ilmu
bahasa, sastra dan agama untuk menjaganya supaya tidak diselundupi fikiran –
fikiran lain dan perubahan – perubahan yang merusak, yang pada masa itu telah
nampak tanda tanda yang mengarah kesana..
Pada umumnya zaman ini merupakan
masa tunas dari pada Ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu – ilmu lainnya yang ada
pada zaman itu. Sebagaimana telah dimaklumi perkembangan ilmu agama dengan
segala alat ilmu pembantunya didukung oleh faktor – faktor perluasan wilayah
Islam ke daerah yang beraneka ragam kultural antrophologinya, berbeda – beda
sosial budaya dan kepercayaan serta pandangan hidupnya.
Beberapa Sarana dan prasarana dalam pendidikan masa
Bani Umayyah adalah Khuttab dan masjid. Di khuttab diajarkan tingkat pendidikan
dasar, sedangkan di masjid di ajarkan tingkat menengah dan tinggi.
DAFTAR
PUSTAKA
Frof. Dr. H.
Nizar, Samsul, M.A.G, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008.
Hasan
Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992.
Karim, M.Abdul
, Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher,2007.
Langgulung, Hasan,
Asas – Asas Pendidikan Islam, Jakarta:Pustaka Alhusna,1988.
Soekarno, Sejarah
Dan Filsafat Pendidkan Islam, Bandung : Angkasa, 1990.
Terimakasih Telah Membaca Artikel Ini
Semoga Bermanfaat!!
Budayakanlah Berkomentar Untuk Kemajuan Blog Ini.
Semoga Bermanfaat!!
Budayakanlah Berkomentar Untuk Kemajuan Blog Ini.
0 komentar:
Posting Komentar